welcome to my space

welcome to my space

sekali lagi selamat datang di blog yang mungkin terkesan sangat biasa sekali..tapi untuk itu saya sangat senang hati jika ada yang mau memberikan masukan
arigatou ^_^

Senin, 17 Januari 2011

TEKNOLOGI JEPANG, REFLEKSI KEMAJUAN BANGSA


Jepang merupakan salah satu negara maju yang sangat dikenal.  Negara Jepang atau yang dalam Bahasa Jepangnya disebut Nippon atau Nihon secara harfiah berarti “negara/negeri matahari terbit”. Jepang merupakan salah satu negara yang terletak di kawasan Benua Asia, tepatnya di Asia Timur. Jepang juga merupakan suatu kepulauan yang terletak di ujung Samudera Pasifik bagian barat dan di sebelah timur Laut Jepang, serta bertetangga dengan Republik Rakyat China, Korea, Taiwan, dan negara-negara lain, khususnya yang termasuk ke dalam kawasan Asia Timur.
Seperti halnya negara-negara maju lainnya, kemajuan Jepang didukung oleh beberapa faktor, antara lain kemajuan dibidang pendidikan, teknologi, ekonomi, industri, kesehatan, dan sumber daya manusianya. Di bidang teknologi, Jepang sudah selangkah lebih maju jika dibandingkan dengan negara-negara maju maupun negara-negara berkembang lainnya. Perkembangan teknologi tersebut meliputi bidang kedokteran, industri, peralatan militer, pengolahan makanan, farmasi, konstruksi, serta alat informasi dan telekomunikasi. Oleh karena itu, dipandang dari segi teknologinya saja, Jepang layak disebut sebagai Negara Maju.
Jika kita tengok sejenak ke belakang, saat negara Indonesia masih berada di bawah jajahan Pemerintahan Jepang sekitar tiga setengah tahun lamanya. Saat itu, Bangsa Indonesia melakukan berbagai perlawanan dengan peralatan yang masih sangat sederhana, yaitu dengan menggunakan bambu runcing. Namun, saat itu Jepang telah menggunakan peralatan perang yang sudah modern. Selain itu, Jepang juga mampu meluluh lantahkan pelabuhan Pearl Harbour, Hawaii, Amerika Serikat pada Perang Dunia ke II dengan senjata perang dan peralatan militer yang tak kalah modern dengan senjata-senjata perang Amerika Serikat saat itu. Semua senjata perang dan peralatan militer tersebut tak lain merupakan hasil dari perkembangan teknologi Jepang yang ada pada saat itu.
Pada masa sekarang, tentunya perkembangan teknologi Jepang jauh lebih maju lagi. Kita dapat dengan mudah menjumpai berbagai jenis barang atau peralatan produksi Jepang dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai jenis barang atau peralatan tersebut  merupakan hasil dari perkembangan teknologi. Berbagai jenis barang itu antara lain perangkat komputer dan laptop dengan merk Toshiba dan Sony Vaio, televisi, handphone, kipas angin , kulkas, dan  ricecooker. Sedangkan dibidang otomotif seperti mobil dan motor dengan merk Suzuki, Toyota, Daihatsu, Yamaha, dan Honda, serta robot Baby Sister yang pernah diperkenalkan kepada berbagai negara.
Selain itu, Jepang juga telah membuat iphone dengan jenis terbaru. Selain untuk menciptakan teknologi terbaru, iphone ini juga dibuat dengan tujuan sebagai solusi dari tindakan atau perilaku beberapa orang di Jepang yang iseng dan suka mengintip pakaian dalam wanita yang menggunakan rok pendek. Mungkin terdengar sedikit mengejutkan, namun beberapa orang yang cukup meresahkan kaum perempuan di Jepang melakukan tindakan yang kurang terpuji tersebut dengan menggunakan kamera digital. Setelah dibuat iphone terbaru ini, diharapkan masalah tersebut dapat terselesaikan karena iphone terbaru ini akan mengeluarkan bunyi tertentu apabila penggunanya hendak mengambil gambar. Bunyinya serupa dengan suara “jepret” dan dibuat secara permanen, sehingga tidak dapat dimatikan. Selain iphone jenis terbaru, Jepang juga membuat teknologi nano yang sangat bermanfaat, khususnya dibidang material, elektronika, IT, energi lingkungan, bioteknologi, dan kedokteran.
Universitas Tokyo juga menciptakan sendi buatan (artificial joint) terbaru. Mereka bekerjasama dengan Perusahaan Manufaktur Japan Medical Materials Corporation di Osaka, Jepang. Sendi buatan terbaru ini berbeda dengan sendi buatan sebelumnya, di mana sendi buatan terbaru ini tidak mudah longgar pada bagian sambungan dengan tulang dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lebih lama, sekitar 25-30 tahun berturut-turut.
Perkembangan teknologi Jepang tak hanya sampai di situ. Negeri Sakura ini juga menciptakan kertas performa tinggi dengan menggunakan serat sintetis. Sedangkan Grup Teijin Jepang menciptakan mobil listrik ultra ringan dengan bahan komposit serat karbon, resi polikarbon, dan derived polyster.
Yukitanaka, Seorang mahasiswa pascasarjana Universitas Tohoki, menemukan  logam campuran yang superelastis. Logam ini berfungsi sebagai anti gempa. Penggunaannya yakni baut yang mengandung logam campuran superelastis ini dipasangkan pada titik temu pondasi dan rangka bangunan. Dengan cara tersebut, diperkirakan bangunan akan tahan gempa dengan getaran paling kuat menurut ukuran Jepang, yakni 0-7 skala richter. Apabila terjadi  gempa, campuran logam akan menyerap energi yang dihasilkan oleh gempa dan membuat bangunan lentur mengikuti guncangan, sehingga bangunan terkesan elastis. Akan tetapi, penemuan ini akan diteliti kembali perihal kualitas dan daya tahan logam tersebut. Meskipun begitu, para ilmuwan dari beberapa negara, seperti Amerika Serikat dan Brazil mengajak Jepang untuk melakukan penelitian bersama.
Berdasarkan beberapa penemuan oleh Bangsa Jepang tersebut merupakan bukti bahwa Jepang telah memberikan banyak kontribusi dalam perkembangan teknologi dunia. Terkadang kita mendengar pertanyaan atau mungkin kita sendiri yang mengajukan pertanyaan bahwa bagaimanakah Jepang bisa menemukan berbagai penemuan terbaru dan membuat citra Bangsa Jepang semakin hebat di mata dunia?
Sebenarnya, kemajuan teknologi di Jepang sangat berhubungan erat dengan kemajuan dibidang pendidikan. Pendidikan di Jepang sangatlah maju. Bahkan, banyak mahasiswa Indonesia yang melanjutkan pendidikan mereka di Jepang. Selain itu, negara yang lebih terkenal dengan sebutan Negeri Sakura ini lebih mengutamakan kemajuan pendidikan, hal ini dibuktikan dengan sarana dan prasarana belajar yang lengkap dan pengajar-pengajar yang memiliki intelegensi di bidangnya masing-masing.
Namun, lebih dari itu, Bangsa Jepang adalah bangsa yang disiplin, tekun dan ulet. Yang terpenting pula dari Bangsa Jepang ialah sikap mereka yang tak mengenal putus asa. Kesulitan yang mereka temukan dalam suatu masalah tertentu bukanlah penghalang yang membuat mereka berhenti untuk terus belajar dan mencoba. Mereka akan mengatakan”ganbatte kudasai” yang berarti “berusahalah!”. Selain itu Bangsa Jepang juga sangat mengargai karya dan kerja keras orang lain. Mereka juga sering mengatakan “otsukaresamadeshita” yang berarti “maaf, anda telah bersusah payah” sebagai ungkapan  bahwa mereka sangat menghargai hasil jerih payah orang lain. Hal ini sangat mendukung untuk mereka terus menemukan hal-hal baru dan menciptakan teknologi-teknologi yang lebih canggih lagi, karena hasil karya mereka selalu dihargai.

MENYELAMI KEKUATAN PIKIRAN DAN BERPIKIR POSIIF

Judul buku                    :        Terapi Berpikir Positif
Jenis buku                     :        Non Fiksi
Penulis                          :        Dr. Ibrahim Elfiky
Penerjemah                  :        Kalifurrahman Fath dan M. Taufik Damas
Penerbit                        :        Zaman
Cetakan                         :        II
Tahun terbit                 :        2010
Jumlah halaman :        xiii + 347 halaman
         
          “Anda hari ini adalah hasil keputusan Anda kemarin. Anda esok hari ditentukan oleh keputusan Anda hari ini. Hidup yang Anda jalani saat ini pun adalah pancaran pikiran, keputusan, dan pilihan Anda. Jika Anda rela menerima tantangan, berarti Anda telah merintis perubahan, kemajuan, dan perkembangan”. Begitulah kata Dr. Ibrahim Elfiky dalam bukunya yang berjudul “Terapi Berpikir Positif”. Dr. Ibrahim Elfiky bagaikan seorang kapten yang mengajak pembaca menyelami samudera kekuatan pikiran. Dengan kata-katanya yang sangat komunikatif, seolah-olah beliau berbicara langsung dengan pembaca, membuat maksud-maksud dari isi buku mudah dimengerti dan dapat tersampaikan.
          Selai itu, kapasitas keilmuan dengan berbagai pengalaman sebagai pembicara atau motivator dalam seminar kelas internasional, serta Pengembangan Sumber Daya Manusia membuat beliau sangat mumpuni dan professional dalam bidangnya, dan beliau pun mewujudkannya dalam buku “Terapi Berpikir Positif”.
          Di dalam bukunya, Dr. Ibrahim Elfiky tidak hanya menjelaskan dan menguraikan bagaimana otak kita berpikir, baik itu positif maupun negatif, tetapi juga menjelaskan mengapa otak dapat berpikir positif atau negatif, yang sesungguhnya berpikir positf atau negatif merupakan pilihan bagi orang yang berpikir tersebut.
          Dr. Ibrahim Elfiky mengawali bukuya dengan menjelaskan serta menguraikan kekuatan pikiran yang tentunya dimiliki oleh setiap manusia, entah manusia tersebut menyadarinya atau tidak.
“ Dengan berpikir, manusia dapat menentukan pilihan, bisa membedakan antara sesuatu yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat , antara yang halal dan yang haram, antara positif dan negatif, sehingga ia bisa memilih yang cocok bagi dirinya dan bertanggung jawab atas pilihannya” (hlm.3). Hal tersebut merupakan kekuatan pikiran yang sesungguhnya kita miliki.
          Selain itu, pikiran mempunyai kekuatan yang amat luar biasa karena pikiran melahirkan mindset (persepsi) yang mempengaruhi intelektualitas, fisik, perasaan, sikap, hasil, citra diri, harga diri, rasa percaya diri, kondisi jiwa,kesehatan, energy, serta mempengaruhi sistem kerja akal bawah sadar. Pikiran juga tidak mengenal batas waktu serta dapat melahirkan kebiasaan. Akan tetapi, yang perlu kita ketahui pula ialah karena berpikir itu sederhana dan hanya membutuhkan waktu sekeja, namun ia melalui proses yang amat kuat dari tujuh sumber yang berbeda, yaitu orang tua, keluarga, masyarakat, sekolah, teman, media massa, dan yan terpenting dari proses pembentukan pikiran ialah diri kita sendiri.
          “Meski tampak sederhana dan lemah, pikiran itu lebih dalam dan lebih kuat dari pada apa yang Anda bayangkan. Berpikir melahirkan pengetahuan, pemahaman, nilai,  keyakinan, dan prinsip. Pikiran menjadi titik tolak bagi tujuanan mimpi-mimpi. Ia menjadi referensi rasional dalam eksperimentasi perjalanan hidup, pemaknaan, serta cara memahami kebahagiaan dan kesengsaraan. Pikiran bisa menjadi penyebab penyakit kejiwaan dan fisik. Pikiran bahagia membuat kita bahagia, pikiran sengsara membuat kita sengsara, pikiran takut membuat kita takut, dan pikiran berani membuat kita berani”. (hlm.10)
          Dr. Ibrahim Elfiky juga menyebutkan bahwa pikiran negatif bagaikan candu yang serupa dengan narkoba atau minuman keras, karena pada dasarnya merupakan  dampak dari jiwa yang labil dn negatif, yang dilakukan terus-menerus hingga menjadi kebiasaan dan justru membawa pelakunya ke dalam kondisi yang sangat berbahaya. Ini merupakan salah satu dampak buruk dari pikiran negatif.
          Selain itu, dengan menguraikan dan menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan beripikir positif maupun berpikir negatif, ciri-ciri kepribadian positif, dan prinsip-prinsip dalam berpikir positif merupakan kelebihan dari isi buku yang secara tidak langsung mengajak pembaca untuk mengelola pikiran positif sehingga paling tidak pembaca dapat membuat sedikit perubahan dalam kehidupan dengan cara berpikir positif.
          Kelebihan lain dari buku karya Dr. Ibrahim Elfiky ialah karena beliau memberikan tips-tips dan strategi bagaiman cara berpikir positif. Buku ini juga terkesan istimewa karena paenulis menuliskan banyak kata bijak dari berbagai tokoh-tokoh dunia yang terkenal. Selain itu, dalam setiap perkataannya, beliau mengembalikan segala sesuatu kepada Sang Maha Pencipta dengan melampirkan beberapa bagian dari ayat suci Al Qur’an yag sesuai dengan apa yang beliau bahas dalam bukunya. Di halaman akhir buku ini pun beliau melampirkan sebuah puisi yang berjudul “Surat Dari Sahabat”. Puisi yang mengandung makna yang dalam tersebut juga merupakan sebuah motivasi bagi pembaca untuk selalu berpikir positif, bersikap optimis, dan menghargai kehidupan.
          Meskipun Dr. Ibrahim Elfiky menulis dengan gaya bahasa yang sangat komunikatif, tetapi menggunakan beberapa kata atau istilah yang cukup sulit untuk dimenerti maknanya oleh sebagian pembaca. Tetapi, sesungguhnya hal tersebut dapat menjadi kelebihan tersendiri yang mendorong pembaca untuk mencari tahu makna dari kata-kata yang tidak dimengerti tersebut.

Jumat, 14 Januari 2011

Hi Bintang !!!

“ Hi, bintang” sapa ku malam ini, dan juga di malam-malam yang lain. “Apa kabarmu hari ini, ku harap kau akan selalu baik, seperti yang sering kau katakan padaku- dahulu” kataku sambil memandang langit malam yang cerah dan bertabur bintang. Sangat indah. Dan seperti di malam yang lain, aku selalu bercerita padanya. Tentang semua hari yang sudah dilewati. Hari ini, kemarin, dan mungkin juga hari esok. Sekali lagi, mungkin.
“Bintang, apakah kau ingat sewaktu kita masih bersekolah, tingkat pertama?” tanyaku sembari tetap duduk dan memandangi langit. “Ku rasa kau akan selalu ingat. Saat itu kau memilih kelas astronomi, dan aku juga memilih kelas yang sama. Saat itu aku tak begitu memusingkan kelas apa yang aku pilih. Yang terpenting adalah agar aku bisa belajar bersamamu” kataku memulai pembicaraan.
“Bintang, saat itu kau menasihatiku untuk memilih kelas yang tepat untukku. Awalnya ku pikir kau mengejek atau mungkin menyindirku karena tahun pertama di kelas astronomi aku mendapat nilai yang tidak begitu baik di antara yang lainnya. Aku pun bersikeras untuk tetap mengikuti kelas itu, meskipun menjadi yang paling lamban saat belajar. Ku rasa kau tahu aku sangat keras kepala. Itu pembawaanku, Bintang…” kataku sambil tertawa kecil padamu. “Aku pernah memintamu untuk sama-sama pindah kelas, tapi kau juga keras kepala”. “Kau tahu kan, May aku memilih kelas ini karena aku mencintai bidang ini. Kau perlu ingat May, aku tidak hanya sekedar menyenanginya, tapi aku mencintainya. Bintang-bintang, langit, dan segala hal yang berkaitan dengannya merupakan jiwaku. Lagi pula jam belajarnya yang malam hari memudahkanku untuk bekerja di siang harinya, itu akan sangat membantuku membayar uang sekolah. Bukankah itu bagus, May?” katamu padaku. “Dan aku hanya bisa mengiyakan kata-katamu. Memang benar Bintang, kau pandai untuk tidak menghabiskan waktumu, terutama untuk hal-hal yang tidak begitu penting untukmu. Itu baru salah satu hal dari sekian banyak hal yang selalu aku ingat darimu, Bintang”.
“Bintang, apakah kau juga masih ingat? Kau tampak bersemangat saat melangkahkan kaki untuk mengikuti kelas astronomi. Kau begitu senang mengamati langit, bintang, planet, dan semua yang berubungan dengan astronomi. Aku juga pernah bertanya padamu, mengapa kau begitu menyukai astronomi, dan jawabanmu hanya satu, karena semua yang ada di langit, utamanya saat malam hari bertabur bintang, adalah pemandangan sakaligus ciptaan Tuhan yang paling indah. Itu prespektifmu, Bintang. Tapi aku juga sepaham denganmu untuk hal ini. bintang-bintang itu memang indah, sangat indah bahkan- dan mereka cukup tangguh untuk tetap berada pada posisinya untuk malam-malam selanjutnya, bukankah begitu? Dan karena itu pula aku lebih senang memanggilmu dengan nama Bintang ketimbang memanggilmu dengan nama aslimu. Tapi, apakah benar bintang selalu berada pada posisinya? Hmm, ma’afkan aku jika yang barusan ku katakan salah. Kau harus memahami bahwa aku tak sepenuhnya mengerti perihal bintang atau apapun yang berhubungan dengannya- maksudku secara ilmiah.
Aku juga ingat, Bintang. Semangatmu untuk mempelajari semua itu sangat tinggi. Kau bahkan sangat sabar untuk mengahadapi semua pertanyaanku yang berhubungan dengan astronomi. Aku bahkan lebih senang bertanya padamu ketimbang bertanya pada guru yang memandangku tak pantas mengikuti kelasnya. Aku sangat tahu, Bintang. Ia selalu berharap untuk tidak melihat wajahku jika memberi pelajaran di kelas. Tapi seperti yang ku katakan tadi, Bintang. Aku cukup keras kepala untuk tidak mempedulikannya”.
“Bintang,ingatkah saat kau menangis di depanku? Itu kali pertama dan terakhirnya aku melihatmu menangis. Aku pun sempat terkejut melihat seorang Bintang yang begitu tegar, sabar dan selalu tersenyum akhirnya menumpahkan air mata habis-habisan. Mm, apakah kata terkhirku terlalu berlebihan, Bintang? Tapi menurutku saat itu kau memang menangis habis-habisan. Saat itu kau menangis karena tahun pertama sekolah akan berakhir dan semua akan melanjutkan ke tingkat kedua. Kau pun takut tak dapat melanjutkan sekolah karena upah kerjamu menjadi pelayan restoran masih sangat jauh dari kata cukup untuk membayar uang sekolah di tahun kedua. Kau pun teringat pada kedua orang tuamu –saat itu. Kau lalu memandang langit dan mengulang kalimat yang mungkin merupakan janjimu pada mereka, yah- pada orang tuamu yang telah pergi lebih dahulu, dan kau menangis lagi.”
“Bintang, aku pernah bertanya padamu, jika malam ini ada bintang jatuh, apa yang kau inginkan?”tanyaku. Kau lalu menjawab “ aku ingin menggapai apa yang aku cita-citakan. Ku rasa kau tahu. Tapi, May aku tak kan meminta itu pada bintang jatuh. Ia hanya pecahan meteor yang terlepas dari orbitnya, dia tak dapat mengabulkan apa yang aku inginkan.” Katamu dengan memberi sedikit penjelasan- sekali lagi- secara ilmiah. Ya, inilah yang aku suka darimu. Aku bisa mendapatkan pengetahuan meski dari pembicaraan-pembicaran ringan seperti itu. Kau memang pandai,Bintang.”
“Bintang, saat kau terpilih mengikuti pertukaran pelajar ke Amerika untuk menyelesaikan sekolahmu dan mendapat beasiswa, untuk kesekian kalinya aku melihatmu sangat bahagia. Seharian kau hanya tersenyum dan beterima kasih kepada Tuhan karena telah memudahkan jalanmu. Apa kau tahu,Bintang, saat itu aku cukup senang ketika mengantarmu pergi, tapi aku juga sedih, karena aku tahu akan sangat sulit untuk bertemu denganmu lagi. Ku pikir kau akan cepat melupakan sahabat sepertiku, yang akan sulit untuk kau cari gantinya.” kataku sembari tertawa kecil lagi. “saat pertama kau meneleponku,kau malah menertawaiku karena aku akhirnya menyerah pada kelas astronomi. Akhirnya aku pindah ke kelas jurnalistik. Ku rasa itu memang bidangku, dan aku mencintainya – sama sepertimu yang mencintai astronomi. Tapi lebih dari itu, Bintang, aku tak bisa bertahan menghadapi guru killer di kelas itu tanpamu.
“Bintang, kau tahu aku cukup berambisi untuk mengejar berita, terutama berita-berita yang masih hangat dibicarakan. Mungkin menurutmu itu tak begitu penting bagimu, tapi sangat penting bagiku. Mungkin karena beberapa alas an yang sangat tak ingin ku bahas saat ini. Tapi, salah satu alasannya mungkin untuk menunjang karierku. Ku rasa kau tahu saat ini aku sudah bekerja di sebuah Stasiun Televisi yang menyiarkan berita nasional maupun berita internasional. Aku juga memperoleh berbagai penghargaan atas semua prestasi dan kerja kerasku. Aku tak bermaksud sombong, Bintang. Dan ku rasa kau pun tak akan merasa bahwa aku seperti itu. Kau ingat, kan, tentang salah satu prinsip dalam persahabatan kita. Tak ada sedikit pun kesombongan dan rasa iri di antara kita. Dan kalau pun kita saling menceritakan sedikit keberuntungan dan keberhasilan yang telah kita raih, itu hanya sekedar untuk membagai kebahagiaan. Dan ku rasa itulah yang sedang aku lakukan padamu. Bukankah begitu, Bintang?”
“Tapi, aku merasa keinginanku untuk selalu memperoleh berita terhangat tak ada gunanya saat aku tahu kau gagal dalam sebuah misi penerbanganmu. Hmm, seharusnya aku memang tak menyesalinya. Kau serig mengingatkan-ku untuk tidak menyesali apa pun yang telah terjadi, karena semuanya tak kan seperti semuanya belum terjadi. Yah, kau memang benar. Dan kau juga mengingatkanku untuk selalu menatap kedepan. Mungki boleh sedikit menoleh ke belakang dan itu pun hanya memetik sedikit pelajaran yang bisa ku petik, itu pun jika ada. Tapi kehidupan akan terus berjalan, dan jika terlambat waktu pun akan meninggalkanmu. Aku tak bisa membayangkan jika hidup dengan kesadaran atau tidak, telah tertinggal oleh waktu. Rapuh untuk mengejar waktu yang terus berlari, dan tak mampu untuk kembali ke waktu yang telah berlalu.”
“Yah, bahkan saat semua orang dan mungkin dengan aku sendiri pun tertidur kala malam, mungkin kami tengah mengejar waktu. Dan kala semuanya bangun di pagi hari dan saat itu langit belum terlihat bersama sang mentari, semuanya pun tetap mengejar waktu. Menghindari ketertinggalan akan waktu itu sendiri. Waktu itu berlari sangat cepat, membawa begitu banyak perubahan dan hal-hal baru yang memaksa setiap manusia untuk mempelajarinya. Yang mampu bertahan dan menguasai semua perubahan itu, merekalah yang menang dan dapat melanjutkan hidup mereka- setidaknya di dunia ini. Sedangkan bagi mereka yang gagal dan tak mampu mengejar sang waktu itu, mereka pun akan terjatuh dan tak mampu lagi mengejarnya, mereka telah tertinggal. Seperti yang ku katakan tadi, mereka rapuh untuk mengejar waktu yang terus berlari, dan tak mampu untuk kembali ke waktu yang telah berlalu.Tapi aku sangat yakin, ada saatnya nanti sang waktu sendiri pun sangat lelah untuk terus berlari, dan akhirnya tak mampu lagi melaksanakan tugasnya sebagai sang waktu. Pada saat itu semuanya akan berakhir, dunia kan berhenti, dan tak ada gunanya lagi untuk menyesal. Ku rasa begitu.”
“Bintang, sesungguhnya aku sudah sangat lelah. Lelah karena bekerja seharian, lelah karena telah berbicara terlalu penjang sejauh ini, dan mungkin juga lelah karena masih mengejar sang waktu yang terus berlari.”
Hmm, aku menyunggingkan senyum-ku kepada Bintang dan mencoba mengucapkan salam perpisahan malam itu dengan baik dan tentunya tidak membuatnya tersinggung. “Bintang, sejauh ini hanya kau sahabat terbaik yang pernah ku miliki. Aku berharap kau telah bahagia bersama ribuan bintang di sana. Dan pada saatnya nanti, aku pula akan menemuimu, bersama-sama sebagai bintang yang paling terang, yang paling bahagia, yang tidak perlu lagi memikirkan tentang berbagai upaya mengejar sang waktu serta adaptasi terhadap berbagai perubahan yang terkadang membosankan, bahkan memuakkan.”
“Baiklah, selamat malam Bintang……..”

Gravitasi Pergaulan Dalam Kehidupan Remaja

Dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin melesat mengikuti perkembangan zaman yang semakin modern. Ilmu pengetahuan dan teknologi turut menjadi pendukung berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi yang memudahkan setiap orang untuk mendapatkan informasi serta berkomunikasi dalam waktu yang singkat, kapan pun dan di mana pun. Dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tersebut memberikan peluang sebesar-besarnya bagi siapa saja yang ingin mendapatkan informasi atau hal baru lainnya. Namun, hal ini tentunya membawa dampak atau pengaruh bagi kehidupan masyarakat secara umum dan bagi kalangan remaja secara khusus. Dampak atau pengaruh tersebut ada yang bersifat positif dan ada pula yang bersifat negatif, tergantung bagaimana setiap orang menyikapi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tersebut. Apabila keberadaannya dimanfaatkan sebaik mungkin, tentunya akan memberi manfaat yang baik pula, begitupun sebaliknya jika teknologi informasi dan komunikasi disalahgunakan tentu akan memberikan dampak yang buruk.
Seperti yang diketahui secara umum, bahwa melalui perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, apa pun dapat dilakukan. Jarak dan waktu kini tak lagi menjadi masalah. Berbagai budaya dapat berbaur dan pergaulan pun dapat berkembang semakin luas. Berfokus pada remaja sebagai sasarannya, pekembangan zaman dapat memberikan pengaruh yang menciptakan masalah yang sangat krusial dan perlu mendapat perhatian lebih.
Saat ini, penyalahgunaan teknologi informasi dan komunikasi oleh kalangan remaja lebih dominan daripada pemanfaatannya. Contoh yang sedang populer di kalangan remaja ialah internet atau international network. Sebagian besar remaja memanfaatkannya hanya untuk kesenangan atau sarana bermain dan sangat sedikit remaja yang memanfaatkannya untuk benar-benar menggali informasi yang sesungguhnya sangat bermanfaat. Cukup dengan membuka situs-situs jejaring sosial yang sedang digemari, misalnya facebook, twitter, dan lain sebagainya, mereka dapat bertemu dengan teman-teman mereka meskipun secara tidak langsung. Melalui situs-situs pertemanan tersebut, mereka akan mendapatkan berbagai pengaruh, terutama dari pergaulan yang semakin bebas.
Mereka selaku remaja yang sedang melewati masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa mungkin telah matang secara biologis, namun sesungguhnya secara sosial, mental, dan emosional mereka belum matang sepenuhnya, sehingga bukan tidak mungkin para remaja sangat mudah untuk terjerumus pada pergaulan bebas. Banyak contoh nyata yang terdapat di masyarakat yang berkaitan dengan masalah terjerumusnya remaja dalam pergaulan bebas. Misalnya di facebook, pernah terdapat situs yang belakangan diketahui penggunanya memanfaatkan situs pertemanan tersebut untuk bisnis prostitusi yang sebagian besar subjeknya adalah para remaja yang masih duduk di bangku SMA dan perkuliahan. Contoh lainnya ialah, banyaknya kasus remaja hamil di luar nikah atau lebih dikenal dengan istilah MBA (Married By Accident). Anehnya, sebagian besar masyarakat menganggapnya sebagai hal biasa. Namun, sesungguhnya itu merupakan pelanggaran norma agama, sosial, adat-istiadat, dan norma hukum. Ini juga merupakan bukti nyata bahwa budaya ketimuran kita mulai luntur dengan adanya pengaruh budaya barat yang menganut paham liberalisme atau kebebasan.
Remaja secara umum di satu sisi merupakan harapan bangsa, kader-kader pemimpin yang diharapkan membawa bangsa ini lebih baik di masa depan nanti. Sedangkan remaja secara khusus ialah dalam ruang lingkup keluarganya, merupakan tumpuan keluarga yang nantinya diharapkan dapat memberikan kebanggaan dan mengangkat nama baik keluarga dengan ilmu pengetahuan yang telah dirintisnya di bangku sekolah dan perguruan tinggi. Namun, di sisi lain sesungguhnya remaja menghadapi berbagai permasalahan yang mungkin lebih daripada orang dewasa secara umum. Permasalahan tersebut tentunya dapat mengganggu perkembangan fisik maupun psikologis remaja. Ditambah lagi dengan tak terelakkannya pengaruh budaya luar dan adanya pergaulan bebas yang sesungguhya menjadi masalah sekaligus tantangan besar yang dihadapi para remaja di masa modern ini.
Banyaknya kasus atau masalah yang telah terjadi pada para remaja yang sering kita dengar atau lihat di berita televisi, atau bahkan kita jumpai di sekitar kita antara lain seperti yang telah disebutkan di atas, misalnya pergaulan bebas, hamil di luar nikah, aborsi, ketergantungan obat (narkoba), dan lain-lain merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan kehidupan remaja. Jika ditanya, mengapa para remaja tersebut bisa terjerumus ke dalam masalah-masalah tersebut, tentunya akan timbul banyak alasan yang akan mereka ungkapkan, misalnya “itu karena perkembangan iptek, jadi pergaulan harus luas dong! Kalau tidak, kita akan dibilang ketinggalan zaman”, atau “orang tua saya bercerai. Daripada saya stress mendengar orang tua bertengkar terus, lebih baik saya keluar dengan teman-teman”, atau dengan alasan “saya butuh uang untuk memenuhi kebutuhan pribadi”, atau “saya baru saja putus dengan pacar saya”. Alasan lain yang dapat diungkapkan ialah “orang tua saya saja tidak peduli dengan keadaan saya, jadi untuk apa saya ikut peduli”.
Begitu banyak alasan yang turut menjadi faktor penentu bagaimana kehidupan para remaja, antara lain perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perceraian orang tua, ketidakpedulian orang tua tehadap pergaulan anaknya, masalah ekonomi, masalah pribadi, salah bergaul, dan yang terpenting ialah kurangnya iman yang tertanam di hati para remaja tersebut. Hal ini berkaitan dengan proses awal terbentuknya kepribadian remaja dan pengaruh lingkungan sekitarnya. Berdasarkan ilmu sosiologi, kepribadian seseorang berawal dari keluarganya, di mana di dalam ruang lingkup keluargalah pertama kalinya ia belajar bagaimana bersosialisasi dengan orang lain, dalam hal ini ialah kedua orang tuanya. Dalam proses selanjutnya remaja pun belajar bagaimana bersosialisasi dalam ruang lingkup masyarakat yang lebih luas. Selain itu, remaja pada umumnya menunjukan sifat, karakter atau perilaku untuk melepaskan diri dari ikatan aturan-aturan keluarga,suka memprotes, lebih senang mengungkapkan keluhan atau perasaan pada teman sebaya yang dianggapnya sebagai sahabat daripada menceritakannya pada orang tua, dan masih dalam proses pencarian identitas diri, sehingga perhatian dan peran serta orang tua sangat dibutuhkan untuk membentuk kepribadian seorang remaja dan membantu menyelesaikan segala masalah yang dialami oleh para remaja. Namun, peran orang tua saja tidak cukup, tetapi perlu juga mendapat dukungan dari lingkungan, antara lain teman-teman, sekolah, guru, dan media.
Beberapa rujukan atau solusi pemecahan masalah yang dapat diterapkan dalam membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi para remaja yang terlibat dalam pergaulan bebas, hamil di luar nikah, kecanduan narkoba, atau remaja yang pernah menjadi narapidana karena masalah-masalah tertentu antara lain :
Di dalam lingkungan keluarga:
Di dalam lingkungan keluarga, hendaknya orang tua dapat memberikan pendidikan agama dan aplikasinya, serta pengajaran terhadap nilai-nilai sosial dan norma pergaulan dengan pola asuh partisipatoris, di mana dalam proses tersebut remaja atau sang anak diberikan kebebasan, namun orang tua tetap memberikan perhatian serta pengawasan. Penekanan terletak pada interaksi dan komunikasi secara lisan. Pola tersebut nampaknya lebih baik daripada penerapan pola asuh yang otoriter dan nantinya dapat membuat remaja atau sang anak semakin menentang dan membangkang pada orang tua. Selain itu, orang tua hendaknya dapat memberikan contoh dan teladan yang baik dalam sikap dan tindakan, memberikan cinta-kasih kepada anak, dan menghindari pemecahan masalah secara emosional.

Di dalam lingkungan pergaulan
Yang cukup berperan dalam lingkungan pergaulan sosial remaja ialah teman-teman sebaya, di mana remaja pada umumnya lebih percaya pada teman sebayanya untuk saling berbagi cerita atau mengungkapkan perasaan serta masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu, setiap remaja perlu menyaring atau memilih setiap orang yang tepat untuk dijadikan teman atau sahabat. Memilih teman sangat perlu, karena pengaruh baik atau buruk yang diterima oleh remaja sebagian besar berasal dari teman-teman dalam pergaulan. Dapat diumpamakan dengan orang yang rumahnya berada di sekitar tempat pembuangan sampah. Awalnya ia akan merasa terganggu dengan bau sampah tersebut, namun dengan tinggal di sekitar tempat pembuangan sampah dan setiap hari menghirup bau sampah, ia pun menjadi terbiasa dengan bau sampah tersebut. Begitu pun dengan remaja dan teman-teman dalam pergaulannya. Remaja yang berteman dengan orang yang baik lama-kelamaan akan ikut menjadi orang yang baik, begitu pun dengan remaja yang berteman dengan orang yang buruk, lama-kelamaan ia pun akan mendapat pengaruh buruk dan menjadi remaja yang buruk pula.
Selain itu, sebagai seorang teman yang memiliki teman yang terlibat dalam masalah tertentu hendaknya selalu memberikan semangat dan dukungan serta membantu menyelesaikan masalah yang dimilikinya. Misanya, seseorang yang memiliki teman yang hamil di luar nikah, pecandu narkoba, atau pun mantan narapidana, hendaknya tidak menjauhinya seperti perlakuan orang lain terhadapnya. Ia seharusnya tidak memvonisnya secara berlebihan. Janganlah melihat apa yang telah dilakukannya, tetapi lihatlah ia dalam posisinya sebagai teman atau sahabat kita.

Di dalam lingkungan sekolah
Pada umumnya remaja yang duduk di bangku sekolah menghabiskan waktunya lebih lama di sekolah, oleh karena itu tentunya sekolah memberikan pengaruh dan peran yang cukup besar pada perkembangan fisik maupun psikologis remaja, di mana di lingkungan sekolah terdapat berberapa pihak yang bersosialisasi dengan remaja secara langsung, antara lain teman sekolah, guru, dan beberapa kegiatan sekolah, baik itu intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
Peran guru sangat besar selaku pengajar dan pendidik dengan posisinya sebagai pengganti orang tua di rumah. Guru hendaknya menciptakan suasana yang kondusif serta bersahabat terhadap siswa(i). Selain itu, guru juga hendaknya bersikap perhatian dan komunikatif terhadap siswa dan bersedia menerima pertanyaan maupun keluhan terhadap masalah siswa(i) selaku remaja. Guru tidak perlu membuat siswa(i) takut dan memiliki sikap segan yang berlebihan. Guru juga perlu memberikan contoh teladan yang baik selaku pengajar dan pendidik di sekolah.
Namun, yang perlu dilakukan juga ialah peningkatan kegiatan konseling kepada para remaja yang membutuhkannya dalam banyak kasus remaja yang bersifat pribadi dan tidak mungkin diungkapkan secara terbuka, peningkatan dukungan terhadap remaja yang bermasalah, serta peningkatan pemahaman dan pengenalan diri para remaja yang dianggap penting untuk menyelesaikan problem yang mereka hadapi.
Beberapa kegiatan sekolah baik itu intrakurikuler maupun ekstrakurikuler juga dapat membantu para remaja untuk menyisihkan waktu mereka dalam beberapa kegiatan yang bermanfaat, selain untuk menghindari beberapa kasus yang mungkin dapat menjerumuskan mereka, maupun sebagai kegiatan pengalihan terhadap para remaja yang terlanjur bermasalah.


Peran media
Peran serta media pun sangat besar terhadap masalah remaja yang sering terjadi. Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan remaja, khususnya pergaulan remaja yang semakin bebas. Media massa maupun media elekronik pun menjadi salah satu faktornya, di mana media berperan menyampaikan berbagai informasi bagi para remaja. Jika informasi yang diberikan ialah informasi yang baik dan berkualitas, tentu pengaruhnya sangat baik. Begitupun sebaliknya. Namun, tentu saja setiap informasi yang disampaikan tidak mutlak berisi hal-hal yang baik, sehingga diperlukan juga sikap dan moral remaja yang baik dalam menyikapi setiap informasi yang diperoleh.
Informasi yang baik dan berkualitas tentu akan diterima oleh para remaja sebagai sesuatu yang dipandang baik. Akan tetapi, dengan adanya informasi yang buruk, janganlah langsung memandang bahwa media tersebut buruk. Para remaja selaku penerima informasi hendaknya menggunakan moralitas mereka dalam menyikapi berbagai informasi buruk tersebut dengan memandang bahwa “hal itu buruk dan kita tidak boleh mengikutinya”. Contohnya ialah informasi berupa berita yang menayangkan kasus pemerkosaan. Dalam menyikapinya, para remaja tidak berhak menilai bahwa media yang menayangkan berita tersebut buruk, tetapi para remaja hendaknya menyadari bahwa apa yang ditayangkan tersebut buruk dan tidak pantas untuk dicontoh. Hal itu juga menjadi peringatan, khususnya bagi para remaja perempuan untuk selalu menjaga kehormatan diri, di mana pun dan kapan pun.

Demikianlah beberapa rujukan atau solusi pemecahan masalah yang dapat diterapkan dalam membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi para remaja. Yang terpenting dan perlu diketahui oleh para remaja bermasalah bahwa sikap yang menghambat dirinya menjadi lebih baik ialah menganggap bahwa “hanya orang yang tidak baik atau jahat yang terlibat dalam berbagai kasus seperti pergaulan bebas, hamil di luar nikah, kecanduan narkoba, dan lain-lain”, serta pandangan bahwa “saya dapat menyelesaikan masalah saya sendiri”. Dan jawaban yang paling tepat terhadap pengendalian berbagai maalah atau kasus ramaja itu sendiri ialah agama dan keyakinan bahwa Tuhan selalu mengetahui apa yang kita lakukan. Oleh karena itu, para remaja yang merupakan tonggak masa depan keluarga senantiasa harus menjaga diri dari pergaulan bebas sehinga tidak mudah terjerumus dalam banyak kasus remaja yang kerap kali terjadi, sehingga dapat mewujudkan cita-cita sebagaimana yang diharapkan pula oleh keluarga, utamanya kedua orang tua.

Merosotnya Pengendalian Diri Generasi Muda

Ada sebuah kata bijak yang mungkin sering kita dengar yaitu “ generasi yang baik ialah yang meninggalkan generasi yang lebih baik dari generasi sebelumnya”. Ya, penerus nahkoda pembangunan bangsa terletak di pundak setiap generasi baru, yang masih muda, kuat, dan memiliki pikiran yang cerdas untuk menentukan segala keputusan dengan baik dan bijak di masa mendatang. Tapi, bagaimanakah jadinya jika generasi penerus seolah salah jalan? Nyatanya saat ini, sebagian besar generasi muda kehilangan pengendalian diri mereka. Seperti yang kita ketahui, pengendalian diri itu ada yang berasal dari dalam diri, misalnya kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri dari hal-hal buruk yang ada dalam dirinya, entah itu hawa nafsu, rasa amarah, iri, dengki, dan segala penyakit hati lainnya, yang kedua ialah pengendalian diri atas segala hal yang memicu kita untuk hilang kendali, yang berasal dari luar diri sendiri, yaitu pengaruh lingkungan.

Sayangnya, kedua pengendalian diri inilah yang seolah hilang dari generasi muda saat ini. Kita dapat melihat sendiri buktinya dalam masyarakat. Terdapat banyak perkelahian atau tawuran yang telah terjadi. Terkadang hal ini pun hanya dipicu oleh hal-hal kecil, misalnya salah paham. Namun, pemicu lain juga dapat membuat perkelahian atau tawuran tersebut terjadi, misalnya adanya kecemburuan sosial, hasutan dari orang lain, atau rasa solidaritas yang terlewat berlebihan antara seorang yang satu dengan orang yang lainnya. Telah banyak contoh yang dapat kita ambil untuk menggambarkan keterpurukan mental para generasi muda dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang ada di antara mereka. Misalnya saja, kita dapat melihat bagaimana peristiwa tawuran dan kekacauan yang terjadi di Kampus Haluoleo, Kendari, beberapa hari yang lalu. Dapat kita lihat sendiri, pelaku-pelaku yang melibatkan diri dalam “acara” tawuran dan kekacauan tersebut didominasi oleh mahasiswa-mahasiswa dari universitas itu sendiri. Contoh lain pula, seorang mahasiswa yang tertikam karena perselisihan pendapat yang lazim terjadi, namun diselesaikan dengan cara yang tak bijak. Setelah salah seorang saja yang merupakan kawan dari mahasiswa yang tertikam tersebut tahu akan tindakan penikaman itu, ia pun mulai mengabarkan kawan-kawannya yang lain, dengan atau tanpa hasutan sekalipun, kawan-kawan lain dari mahasiswa korban penikaman itu pun naik pitan. Dan tanpa adanya pengendalian diri untuk memikirkan matang-matang solusi bijak atas masalah tersebut, situasinya pun akan menjadi sangat rawan. Rasa solidaritas yang terlewat berlebihan tersebut pun membuat mereka membalaskan dendam dengan cara yang sama, yaitu membunuh, atau bila mereka takut tertangkap oleh pihak yang berwajib, dengan beramai-ramai mereka melakukan aksi anarkisme dengan melempari bebatuan dan menggunakan senjata tajam untuk tawuran bersama, seolah ingin membuktikan siapakah yang paling pandai dan “jago” dalam hal kekuatan pukul-memukul. Sungguh suatu yang amat tak patut untuk dibanggakan oleh orang-orang yang terdidik dan terpelajar, dalam contoh ini ialah mahasiswa-mahasiswa tersebut. Mereka tidak berfikir apakah dengan aksi anarkisme tersebut dapat membalut luka tikaman dan membantu penyembuhan kawan mereka? Atau jika kawan mereka itu pun telah meninggal dunia- misalnya, apakah dengan aksi anarkisme tersebut dapat menghidupkan kembali kawan mereka- korban penikaman tersebut? Tentulah jawabannya “tidak”.

Hal tersebut justru akan menambah panjangnya rantai dendam antara kelompok yang satu dan kelompok lainnnya. Turut pula masyarakat serta sarana dan prasarana umum menjadi korban perusakan tatkala tawuran tersebut terjadi. Dan apakah ini yang diharapkan bangsa kita untuk maju dengan generasi yang hanya mengutamakan pembalasan dendam dan rasa solidaritas yang berlebihan dengan adu otot? Jika kita berfikir, dapatkah kita mempercayakan amanah membangun bangsa untuk menjadi lebih baik pada para generasi muda yang memiliki krisis mental tersebut? Tak dapat dibayangkan sepuluh dua puluh tahun ke depan bangsa ini dipimpin oleh generasi penerus yang hanya mengandalkan kekuatan otot ketimbang kekuatan otak. Negeri-negeri tetangga pun akan tertawa terbahak-bahak melihat kondisi genersi muda yang masih sibuk beradu otot di bumi, sedang mereka terus mengembangkan diri dan mungkin telah sampai di bulan. Setidaknya, sebagai generasi muda yang termasuk dalam golongan dari contoh peristiwa di atas memiliki sedikit saja rasa malu jika telah turut dalam aksi anarakisme atau pembalasan dendam dalam tawuran yang hanya mendatangkan lebih banyak kerugian dari pada manfaatnya.

Untuk itu, rasanya tidak salah jika generasi kita mau menengok sedikit saja bagaimana negera-negara tetangga kita telah maju dan didominasi oleh generasi penerusnya yang masih muda-muda tersebut. Rasanya tak salah juga jika generasi muda kini mencoba menata diri dan mengembalikan kembali pengendalian diri dalam menyingkapi segala permasalahan yang dijumpai dalam perjalanan membangun bangsa yang masih hendak berkembang ini, serta membiarkan pihak-pihak yang berwajib, dalam hal ini pihak kepolisian untuk melaksanakan kewajiban mereka dalam menyelasaikan segala kasus kriminal menurut hukum yang telah berlaku. Dan kita sebagai masyrakat yang baik cukuplah membantu dengan patuh pada aturan, tanpa perlu menerapkan hukum sendiri-sendiri.

Kamis, 13 Januari 2011

Merosotnya Pengendalian Diri Generasi Muda


Ada sebuah kata bijak yang mungkin sering kita dengar yaitu “ generasi yang baik ialah yang meninggalkan generasi yang lebih baik dari generasi sebelumnya”. Ya, penerus nahkoda pembangunan bangsa terletak di pundak setiap generasi baru, yang masih muda, kuat, dan memiliki pikiran yang cerdas untuk menentukan segala keputusan dengan baik dan bijak di masa mendatang. Tapi, bagaimanakah jadinya jika generasi penerus seolah salah jalan? Nyatanya saat ini, sebagian besar generasi muda kehilangan pengendalian diri mereka. Seperti yang kita ketahui, pengendalian diri itu ada yang berasal dari dalam diri, misalnya kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri dari hal-hal buruk yang ada dalam dirinya, entah itu hawa nafsu, rasa amarah, iri, dengki, dan segala penyakit hati lainnya, yang kedua ialah pengendalian diri atas segala hal yang memicu kita untuk hilang kendali, yang berasal dari luar diri sendiri, yaitu pengaruh lingkungan.
Sayangnya, kedua pengendalian diri inilah yang seolah hilang dari generasi muda saat ini. Kita dapat melihat sendiri buktinya dalam masyarakat. Terdapat banyak perkelahian atau tawuran yang telah terjadi. Terkadang hal ini pun hanya dipicu oleh hal-hal kecil, misalnya salah paham. Namun, pemicu lain juga dapat membuat perkelahian atau tawuran tersebut terjadi, misalnya adanya kecemburuan sosial, hasutan dari orang lain, atau rasa solidaritas yang terlewat berlebihan antara seorang yang satu dengan orang yang lainnya. Telah banyak contoh yang dapat kita ambil untuk menggambarkan keterpurukan mental para generasi muda dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang ada di antara mereka. Misalnya saja, kita dapat melihat bagaimana peristiwa tawuran dan kekacauan yang terjadi di Kampus Haluoleo, Kendari, beberapa hari yang lalu. Dapat kita lihat sendiri, pelaku-pelaku yang melibatkan diri dalam “acara” tawuran dan kekacauan tersebut didominasi oleh mahasiswa-mahasiswa dari universitas itu sendiri. Contoh lain pula, seorang mahasiswa yang tertikam karena perselisihan pendapat yang lazim terjadi, namun diselesaikan dengan cara yang tak bijak. Setelah salah seorang saja yang merupakan kawan dari mahasiswa yang tertikam tersebut tahu akan tindakan penikaman itu, ia pun mulai mengabarkan kawan-kawannya yang lain, dengan atau tanpa hasutan sekalipun, kawan-kawan lain dari mahasiswa korban penikaman itu pun naik pitan. Dan tanpa adanya pengendalian diri untuk memikirkan matang-matang solusi bijak atas masalah tersebut, situasinya pun akan menjadi sangat rawan. Rasa solidaritas yang terlewat berlebihan tersebut pun membuat mereka membalaskan dendam dengan cara yang sama, yaitu membunuh, atau bila mereka takut tertangkap oleh pihak yang berwajib, dengan beramai-ramai mereka melakukan aksi anarkisme dengan melempari bebatuan dan menggunakan senjata tajam untuk tawuran bersama, seolah ingin membuktikan siapakah yang paling pandai dan “jago” dalam hal kekuatan pukul-memukul. Sungguh suatu yang amat tak patut untuk dibanggakan oleh orang-orang yang terdidik dan terpelajar, dalam contoh ini ialah mahasiswa-mahasiswa tersebut. Mereka tidak berfikir apakah dengan aksi anarkisme tersebut dapat membalut luka tikaman dan membantu penyembuhan kawan mereka? Atau jika kawan mereka itu pun telah meninggal dunia- misalnya, apakah dengan aksi anarkisme tersebut dapat menghidupkan kembali kawan mereka- korban penikaman tersebut? Tentulah jawabannya “tidak”.
Hal tersebut justru akan menambah panjangnya rantai dendam antara kelompok yang satu dan kelompok lainnnya. Turut pula masyarakat serta sarana dan prasarana umum menjadi korban perusakan tatkala tawuran tersebut terjadi. Dan apakah ini yang diharapkan bangsa kita untuk maju dengan generasi yang hanya mengutamakan pembalasan dendam dan rasa solidaritas yang berlebihan dengan adu otot? Jika kita berfikir, dapatkah kita mempercayakan amanah membangun bangsa untuk menjadi lebih baik pada para generasi muda yang memiliki krisis mental  tersebut? Tak dapat dibayangkan sepuluh dua puluh tahun ke depan bangsa ini dipimpin oleh generasi penerus yang hanya mengandalkan kekuatan otot ketimbang kekuatan otak. Negeri-negeri tetangga pun akan tertawa terbahak-bahak melihat kondisi genersi muda yang masih sibuk beradu otot di bumi, sedang mereka terus mengembangkan diri dan mungkin telah sampai di bulan. Setidaknya, sebagai generasi muda yang termasuk dalam golongan dari contoh peristiwa di atas memiliki sedikit saja rasa malu jika telah turut dalam aksi anarakisme atau pembalasan dendam dalam tawuran yang hanya mendatangkan lebih banyak kerugian dari pada manfaatnya.
Untuk itu, rasanya tidak salah jika generasi kita mau menengok sedikit saja bagaimana negera-negara tetangga kita telah maju dan didominasi oleh generasi penerusnya yang masih muda-muda tersebut. Rasanya tak salah juga jika generasi muda kini mencoba menata diri dan mengembalikan kembali pengendalian diri dalam menyingkapi segala permasalahan yang dijumpai dalam perjalanan membangun bangsa yang masih hendak berkembang ini, serta membiarkan pihak-pihak yang berwajib, dalam hal ini pihak kepolisian untuk melaksanakan kewajiban mereka dalam menyelasaikan segala kasus kriminal menurut hukum yang telah berlaku. Dan kita sebagai masyrakat yang baik cukuplah membantu dengan patuh pada aturan, tanpa perlu menerapkan hukum sendiri-sendiri.