welcome to my space

welcome to my space

sekali lagi selamat datang di blog yang mungkin terkesan sangat biasa sekali..tapi untuk itu saya sangat senang hati jika ada yang mau memberikan masukan
arigatou ^_^

Sabtu, 02 Juli 2011

@first time

Hhaaah, saya bingung mau mulai dari mana. Tidak mudah untuk menumpahkan apa yang ada dalam ingatan. Terlebih, kadang-kadang ingatanku susah dipercaya. Terkadang berbaur dengan mimpi atau khayalan yang sempat terfikirkan. Tapi, semoga saja ini bukan mimpi dan ini memang bukan mimpi. Ini kenyataan. Hhuaah, hentikan basa-basi ini. ok
Saya hanya ingin bercerita, tepatnya mengingat kembali bagaimana saya bisa masuk ke sekolah ini, ke dalam komunitas ini, dan sebagainya, dan sebagainya.
Awalnya saya tidak memikirkan ingin bersekolah di SMA Negeri 1 Kendari, karena saya lebih memilih sekolah lain. Tapi orang tuaku menganjurkan untuk bersekolah di sini dengan alasan dekat dari rumah dan dapat sedikit sekali meringankan biaya harian. Ok, saya mau meskipun sebenarnya perasaan tidak enak. Sama seperti kamu minta handphone tapi dikasih HT. Tapi seperti kata bijak “don’t judge the book by its cover”. Meskipun awalnya merasa tidak enak karena bukan sekolah yang dipilih, tapi Alhamdulillah ternyata itu yang terbaik. Memang sih banyak opini miring dari beberapa orang saat saya mau bersekolah di sana. Aah whatever. Buktinya, mereka tau apa? Mereka hanya tahu kulitnya saja, jadi gampang saja ngomong ini itu. Tidak penting.
Yang penting adalah apa saja yang saya dapatkan di sana. Jujur saja lebih penting dari pada opini-opini miring beberapa orang yang sebenarnya tidak penting. Bahkan lebih penting dari pada kamu mendapatkan door prize acara jalan santai atau discount buku murah. Ini lebih penting, saya merasa dapat banyak teman baru.
Meskipun saat pertama masuk saya tidak punya teman, kecuali beberapa yang memang sudah saya kenal sebelumnya. Maklum lah masih proses adaptasi. Melewati masa-masa orientasi sekolah, tentu saja akan selalu diingat. Dibentak-bentak kakak kelas, dimarah-marahi (meskipun sebenarnya alasannya tidak jelas), disuruh nunduk melululululu sampe-sampe rasanya sendi putar di bagian leher mau lepas, disuruh ngimeng (menghadap matahari sambil menggigit kerah baju). Huffft, kalo ada yang sempat rasa. Cuihhh, uassiinn. Bayangkan saja, keringatnya ngalir terus. Bagi yang pasrah yah silahkan pasrah saja. Bagi yang sakit mungkin bisa bersyukur. Bukan bersyukur karena dapat sakit, tapi bersyukur karena bisa istirahat dan berteduh. Dan bagi yang pintar acting juga mungkin beberapa bisa menunjukkan kemampuannya demi berteduh dari sinar matahari. Hahahaa…. Tapi bagi yang anggap itu perbuatan menguntungkan tapi tidak adil, pasti akan tetap pasrah juga menikmati panasnya matahari. Mungkin juga bisa mengkhayal berada di Hawaii, misalnya. Matahari yang kita kenal kan cuma satu. Pasti matahari yang dirasakan oleh orang-orang yang sedang hiburan musim panas di Hawaii adalah matahari yang sama juga dirasakan oleh siswa-siswa mos yang ada di sekolah, khususnya yang disuruh ngimeng hari itu. Hari-hari mos yang singkat serasa berbulan-bulan. Memang bagi yang merasakan saat itu pasti setuju bahwa hari-hari itu merupakan salah satu hari perjuangan yang sangat menguras tenaga. Bangun jam tiga, berangkat subuh (dan masih ada pula yang dianggap terlambat), ditambah pulang hampir maghrib, dan mengerjakan tugas-tugas dari kakak panitia yang untuk menghitung berapa jumlahnya saja sudah malas duluan. Semangat tidak semangat pastinya disemangatkan saja. Lapar tidak lapar dikenyangkan saja. Itu salah sendiri bagi yang tidak sarapan dari rumah.
***
Dan yang paling ditunggu-tunggu. Jreng…jreng… hari pertama memulai sekolah. Seperti biasa, pastinya belum aktif belajar. Masih pembagian kelas, pembagian ruangan, dan segala hal yang berhubungan dengan siswa baru. Semua pasti tahu lah!!!
Yang ini…ini… setelah pembagian kelas, ternyata saya nyasar di X RSBI 1. Saat itu saya lupa berapa orang siswanya, karena masih ada beberapa orang titipan dari kelas accel. Jangan tanya kenapa, karena saya juga tidak tahu kenapa. Hari pertama menjadi kelas X,jujur saja tidak enak. Alasannya karena tidak ada yang mau berteman sama saya, atau setidaknya saya berpikir seperti itu. Sepertinya mereka menganggap saya anak yang agak sedikit sekali jutek dan sombong. Sekali lagi sepertinya. Itu berarti saya berpikir bahwa mereka berpikir seperti itu. Dan memang beberapa orang mengakuinya. Aaah, tapi seperti yang saya bilang tadi, don’t judge the book by its cover. Kamu tidak akan tahu bagaimana dalamnya kalau baru lihat kulitnya. Kamu juga pasti tidak pernah tahu bahwa roti isi coklat itu berisi coklat kalau kamu sendiri tidak pernah membukanya atau paling tidak membelah tengahnya untuk mengetahui apakah roti itu berisi cokelat atau tidak. Dan itulah yang saya rasakan waktu itu. Imbasnya hanya satu orang saja dari sekian siswa yang mau duduk sebangku dengan saya. Itu pun mungkin ia dapat sedikit wejangan dari teman-temannya (maksudku di kelas yang sama). Entahlah, sekali lagi saya bilang itu mungkin.
Tapi, itu masih dalam proses adaptasi. Dan berhari-hari berikutnya saya sudah bisa diterima (saat itu saya harap) dengan baik. Teman-teman sekelas saya yang lain sudah mau bericara atau tepatnya bercakap-cakap. Sudah saya bilang, hanya persoalan adaptasi saja. Cukup senang juga rasanya punya teman baru (waktu yang bisa dikatakan terlambat untuk merasakan hal seperti itu- ngiiiiiiik). Dan kamu tahu, lama-lama berteman dengan mereka ternyata lebih dari itu. Saya berusaha mengakrabi mereka dan saya pikir begitu juga sebaliknya. Seperti kata ilmu sosiogi bahwa manusia itu makhluk sosial, berarti juga punya kebutuhan sosial untuk menjalin hubungan dengan orang-orang dan lingkungan sosialnya. Kebutuhan utuk memiliki teman.
Yang perlu diingat juga adalah mulai terbentuknya Beone. Ya, kami merasa Beone adalah sebutan yang amat sangat paling pas untuk kami, anak-anak kelas RSBI1. Dan nama itu masih tetap digunakan sampai kami kelas XII, mungkin untuk selamanya. Bagi yang bilang ini semua lebay, alay atau sejenisnya- tak apalah. Mungkin yang mengatakan itu belum mendapatkan saja.
Masih tentang Beone. Beone kelas x. Beone jadhul, nakal, dan hal-hal lain yang bisa dikaitkan dengan anak-anak ababil (abege labil). Yang membaca ini pasti bisa menfsirkannya sendiri. Di antaranya, saat kami malas mengerjakan pr (yang rajin pun akan berkurang kerajinannya. Satu lawan banyak), nilai mipa tidak tuntas setiap ulangan harian sudah biasa bahkan hampir saja menjadi tradisi. Giliran ulangan sejarah, sosiologi nilainya tinggi-tinggi, giliran jurusan mipa selalu dibawah kriteria nilai ketuntasan minimum. Sudah bosan untuk merasa kecewa, jadi setelah itu tertawa lagi- melupaan nilai-nilai yang mungkin saja hanya bisa bikin stress jika terus dipikirkan. Saat itu juga tidak ada peer sendiri, yang ada hanya peer bersama. Tugas individu pun bisa menjadi tugas kelompok. Les batal atau tidak ada guru yang masuk, bukan menjadi penghalang, bahkan sebuah kebahagiaan kecil tersendiri. Disaat-saat seperti itu ada yang memanfaatkannya untuk tidur, dan sebagian besarnya berkumpul bersama, membentuk lingkaran besar (seperti mau majelis saja) dan membahas hal-hal terbaru. Kegiatan yang sering dilakukan, dalam kondisi sadar atau pun tidak. Menggosip. Tapi, sebenarnya banyak hal menarik yang sering kami bahas bersama, lebih dari sekedar menggosip (saat itu), diantaranya membahas cerita novel atau film yang baru keluar, atau yang paling tidak saya sukai bercerita tentang horror. Selain itu, terkadang kami juga suka mengisi waktu tidak ada guru dengan bernyanyi bersama. Didukung salah satu teman yang memang pandai bermain gitar (Debs). Lagu yang sering dinyanyikan waktu itu adalah lagunya bapak Rhoma Irama. Saya lupa judulnya apa, yang jelas dalam liriknya ada kata “masa muda, masa yang berapi-api”. Dan bila saat itu beberapa kakak kelas yang lewat di depan kelas kami akan mendapat teriakan special dari kami. Tentu saja dia tidak akan menyadari karena kami memanggilnya dengan sebutan khusus yang dia sendiri tidak tahu bahwa sebutan itu ternyata ditujukan untuk dia. Tapi, saya rasa bagi orang benar-benar peka pasti akan merasa dengan cepat.
Ngomong-ngomong soal julukan kakak kelas, saya jadi teringat pada suatu cerita. Hari itu bertepatan dengan jam olahraga di kelas kami. Saat itu ada beberapa kakak kelas yang ketahuan bolos dan di bawa kembali ke sekolah. Saat melewati kelas kami, dengan beraninya kami meneriaki kakak kelas itu, “huhuhuhu….. bikin malu… bikin maluuu…huhuhuuuu….” tanpa pikir apa akibatnya, kami dengan santai memasuki kelas dan seperti yang sebenarnya telah diduga. Beberapa orang kakak kelas yang kami teriaki datang ke kelas kami. Katanya sih datang buat perhitungan. Kakak kelas yang kami sebut justit datang dengan wajahnya yang gusar dan menendang meja. Kami tidak berkutik. Sebenarnya sedikit takut, tapi lebih dari itu kami tidak peduli, bahkan menganggap kakak kelas yang marah-marah itu tidak ada dalam kelas kami. Karena merasa tidak dihiraukan meskipun mencoba membuat kehebohan dengan menendang meja (mungkin tujuannya membuat kami takut, sayang sekali tidak berhasil). Si justit lalu berkata pada salah satu di antara kami yang ternyata tetangganya sendiri. Si justit bilang, “ kurang ajarnya teman-temanmu di, kita marah-marah da ndak gubris kita pwa”. Hahahaha kasian sekali.
Datang lagi seorang temannya yang mencoba mencairkan suasana tapi dengan cara yang agak garing. Dia bilang, “ih, bagusnya mi galonnya tawwa hheh…”
Hahaha… orang lagi marah-marah, dia malah urusi gallon. Tidak nyambung.
Then,
Sebenarnya masih banyak lagi yang bisa diceritakan tentang Beone.
Ok, to be continued…..

1 komentar: